KARYA sastra paling terkenal di dunia, terdiri dari kumpulan cerita rakyat yang disusun selama berabad-abad dari berbagai wilayah, termasuk Persia, Mesir, India, dan dunia Arab menjadikan Negara Irak di juluki negeri 1001 malam.
Baghdad, yang terletak di Irak modern, adalah ibu kota dari Kekhalifahan Abbasiyah, salah satu kerajaan Islam paling berpengaruh pada zamannya. Baghdad mencapai puncak kemegahannya di abad ke-8 hingga ke-10 Masehi, yang dikenal sebagai Zaman Keemasan Islam.
Pada masa ini, Baghdad tidak hanya menjadi pusat politik dan militer, tetapi juga menjadi pusat kebudayaan, ilmu pengetahuan, seni, dan literatur dunia Islam.
Dari cerita rakyat yang berkembang banyak berlatar di Baghdad atau tempat-tempat lain di sekitar Timur Tengah. Sultan Harun al-Rashid, khalifah Abbasiyah yang terkenal, sering menjadi tokoh dalam cerita-cerita ini.
Istana Harun al-Rashid digambarkan sebagai tempat yang penuh kemewahan, keajaiban, dan intrik, yang memperkuat citra Baghdad sebagai kota dongeng. Kisah-kisah seperti Ali Baba dan Empat Puluh Penyamun, Sindbad Sang Pelaut, Aladdin dan Lampu Ajaib, serta kisah menggelitik Abunawas sering dihubungkan dengan kota-kota dan tempat-tempat di wilayah Irak.
Pada abad ke-8 hingga ke-13, Baghdad menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang luar biasa. Baitul Hikmah (House of Wisdom), yang dibangun di Baghdad, menjadi tempat berkumpulnya para sarjana dari berbagai penjuru dunia untuk menerjemahkan karya-karya Yunani, Persia, India, dan ilmuwan Muslim.
Inovasi dalam bidang astronomi, matematika, kedokteran, dan filsafat berkembang pesat di kota ini. Kemakmuran Baghdad pada saat itu juga memungkinkan lahirnya kesenian dan cerita-cerita rakyat yang subur, yang kelak terhimpun dalam Kisah Seribu Satu Malam.
Karena Baghdad pada waktu itu menjadi pusat kemakmuran dan perkembangan intelektual, ia dianggap sebagai simbol peradaban tinggi yang membedakan Timur Tengah dengan bagian lain dunia. Ini menciptakan kesan bahwa Baghdad dan Irak adalah negeri penuh keajaiban dan kemakmuran, selaras dengan citra yang ditampilkan.
Peran Imajinasi dan Mitos dipenuhi dengan unsur-unsur fantasi seperti jin, sihir, harta karun tersembunyi, dan petualangan eksotis. Dalam kisah ini, Irak sering digambarkan sebagai tanah di mana segala keajaiban bisa terjadi, menggabungkan antara mitos dan realitas sejarah.
Kota-kota seperti Baghdad, Basra dan Mosul sering menjadi latar dari petualangan yang luar biasa, menambah daya tarik bagi julukan Negeri 1001 Malam.
Pengaruh Sastra dan Seni Global telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dikenal di seluruh dunia, terutama di Eropa pada abad ke-18 ketika orientalisme menjadi tren.
Kisah ini menginspirasi banyak karya sastra, seni, musik, dan bahkan film di berbagai belahan dunia. Julukan “Negeri 1001 Malam” menjadi semacam representasi romantisme dan imajinasi tentang Timur Tengah yang penuh misteri dan eksotisme.
Irak, sebagai tanah tempat di mana banyak kisah ini diambil, menjadi simbol dari imajinasi tersebut. Kesan tentang negeri yang penuh keajaiban, kekayaan budaya, dan sejarah yang panjang membuat julukan ini tetap bertahan hingga kini, meskipun situasi politik dan sosial Irak saat ini berbeda jauh dari kejayaan masa lalu.
Meskipun Irak telah mengalami masa-masa sulit dalam sejarah modern, warisan sejarah dan budaya dari masa zaman keemasan Islam masih tetap dihargai. Banyak situs arkeologi di Irak, termasuk reruntuhan kota kuno Babilonia, masih menjadi saksi dari kebesaran peradaban yang pernah ada. Semua ini berkontribusi pada pesona mitos tentang Irak sebagai Negeri 1001 Malam yang masih dihormati sebagai pusat kebudayaan dan sejarah Timur Tengah.
Selain itu, bukan hanya merujuk pada kisah-kisah fantasi, tetapi juga melambangkan kejayaan Irak dalam sejarah sebagai pusat peradaban dan kebudayaan yang sangat berpengaruh di dunia Islam. (*)