MARI kita nikmati drama terbaru dari serial panjang “Manusia vs Alam. Rebutan Lahan, Berebut Nafkah”.
Episode kali ini mengambil latar di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), dimana sebuah kawasan konservasi yang awalnya diperuntukkan bagi satwa liar, tapi belakangan malah berubah jadi cabang baru industri perkebunan kopi.
Dari total 313.572 hektare luas lahan konservasi, sekitar 21 ribu hektare sudah masuk dalam daftar bahaya alias “in danger list”. Kalau diterjemahkan bebas, ini artinya, Sebentar lagi hutan habis, satwa bingung, dan manusia tetap tenang.
Masyarakat yang kesulitan mencari lahan akhirnya memilih hutan lindung sebagai opsi terbaik. Ya, karena kalau menunggu pemerintah kasih solusi, takutnya malah mereka yang punah duluan. Maka hadirlah perkebunan kopi di wilayah konservasi praktik ilegal yang berlangsung tanpa izin, tapi tetap berjalan mulus.
Padahal, kalau kita baca Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, lahan konservasi hanya boleh dimanfaatkan untuk wisata alam dan energi terbarukan. Tapi sepertinya undang-undang ini lebih sering dijadikan hiasan rak kantor daripada dipraktikkan.
Sekarang, mari kita lihat dampaknya. Satwa liar yang tadinya hidup damai di hutan, sekarang bingung: “Ini masih hutan gue atau udah kebun kopi?”tanyas Harimau mewakili kawan-kawannya.
Konflik pun tak terhindarkan. Harimau yang biasanya berburu di dalam hutan, kini terpaksa turun gunung mencari camilan ekstra di kebun-kebun kopi. Dan sayangnya, menu spesial yang tersedia bukan daging rusa, melainkan manusia. Astaghfirullah!!
Salah satunya, Zainuddin (28), petani kopi yang tewas diduga diterkam harimau di kawasan TNBBS. Sebuah tragedi yang tidak perlu terjadi kalau manusia ingat bahwa mereka bukan satu-satunya penghuni bumi.
Lalu, sekarang pertanyaannya, siapa yang salah?
Apakah harimau yang tidak bisa baca undang-undang? Apakah manusia yang berpura-pura lupa kalau mereka sudah masuk rumah satwa liar? Atau mungkin pemerintah yang melihat semua ini sebagai tontonan dokumenter gratis?
Yang jelas, situasi ini nggak akan selesai hanya dengan perdebatan. Maka dari itu, kita akan terus mengulik siapa saja yang bermain. Jangan sampai kita hanya bisa miris mendengarnya. Ada warga jadi santapan Harimau dikemudian hari. Wassalam. (Red)